Tentang sebuah selat dan muara.
Ini kerinduanku,
Tentang muara, huma, dan pantai.
Selaksa tanah licak diperaduan handil
Aku lahir digulungan ombak.
Nelayan yang berlabuh di muara-muara
Memimpi sejengkal harap
Di karang-karang dalam selat
Terbangun dari karam kapal padangkang.
Tepian pantai yang lepas lelah bersama ombak.
Serpih mimpi anak-anak.
Bakau-bakau tumbang dalam keranda,
Berdepa kini terkapar dilumpur likat.
Huma yang rebah dalam sawah-sawah,
Mencair dalam pestisida.
Kebun kelapa yang juntai,
Lunglai dalam pelukan pipa dan kilang.
Sejengkal tanah menjadi tambang,
Sedepa tanah menjadi kilang.
Lalu hutan rubuh, dalam bising gergaji.
Mimpi yang mungkinkah terbeli?
Layang-layang berkarat,
Dilangit-langit bubungan rumah.
Tanah menjadi begitu mahal,
Hanya sekedar untuk bersijingkat.
Bola pelastik menepi di bibir pantai,
Pertemuan sungai dan selat.
Warnanya kusam, seperti buah yang diperam.
Maniskah?
Ini tentang kerinduanku.
Masa kecil yang tak terpikir tentang,
Betapa begitu cepat waktu berlalu.
Dan sesudahnya tak pernah bertemu.
Solo, 30 maret 2006
Ali Shadlle.
No comments:
Post a Comment