Sunday, April 02, 2017

paraSHIT

-hikayat kedasih bejat-

Sepasang burung penjahit sarang.
Berkasih menjalin daun membuat sarang,
Kelak telur dan anak.

Berhari, sarangpun jadi. hari berganti telur segera dierami.
tak sadar mereka telur telah berganti.
Burung kedasih menitip telur saat mereka pergi.

Berganti mereka mengerami, tiba muncul bayi.
Berganti mereka menyuapi, bayi mereka mati.
Membesar burung kedasih lalu pergi.

Hilang satu generasi.

Sei Raden, april 2017

paraSHIT

-hikayat benalu minggat-

Hallo!
Bolehkah aku menumpang dipundakmu?
Tak kuat kakiku berdiri. Akan kuberi indah bungaku.

Nyaman sekali pundakmu, rindang dan kuat.
Juga begitu hebat, engkau memberi rasa nikmat.

Hallo!
Apakabar induk semang yang baik!
Aku telah kuat, pundakmu tak lagi nikmat.

Permisi aku hendak minggat.

Sei Raden, 1pril 2017

Spensilan kita 3

Pensilku patah! 
Kenangan belum selesai kutuliskan, 
namun segera ingin ku hapuskan.

Sei Raden,2017

spensilan kita 2

Seberapa tajam pensil ku raut? 
Hingga putingpun tak satu puisi tentangmu yang tercipta.

Sei Raden, 2017

spensilan kita 1

Adakah pensil yang bisa menulis di hati? 
Teramat ingin kutulis namaku disitu. 
Tanpa sepengetahuanmu. 
Biar nanti kau tahu betapa aku padamu. 

Sei Raden, 2017

sepensilan kita.

Dan kita pernah meraut pensil bersama. 
Pensilku tak setajam pensilmu, 
agar tak perih hatimu ketika kutulis namaku. 
Tajamkan lagi saja pensilmu, 
tulislah sesukamu dihatiku. 
Perihpun takkan kurasa!

Sei raden, 2017

Kepada yang lekas hendak kita peluk dimalam hari.


Segala lelah yang menumpah peluh. Segala penat yang menumpuk lungkrah.
Segala risau, segala kacau, segala sesuatu yang terjadi seharian.
Ingin segera kurelakan bersama satu pelukan.
O, bantal guling kesayangan!

Sei Raden, 2017

ke Handil


Potongan waktu yang nyelip diketiak buku, semacam remah roti yang dicuri semut.
Menghilang dibalik tumpukan entah, yang lembab yang terabai.
Aku menemu kelahiranmu yang tak bertanggal.
1931, 3 bulan kemudian puasa!

Sei Raden, Maret 2017

Kelapa Handil


Masih samakah tegak pohon kelapa dari padatuan hingga ke anakcucu?...
Dulu kelapa menjulang, menopang kampung. 
Menantang segala yang hendak menebang!

Masih samakah lambayan pelan pohon kelapa dari padatuan hingga ke anakcucu?...
Kini kelapa tumbang, pipa membentang, kilang - kilang tinggi menjulang. 
Tak kuasa ia menolak uang!

Masih samakah bibit kelapa dari padatuan ke anakcucu?...
Entah waktu yang akan datang kelapa masih sanggup hidup. 
Mencakar akar ketanah - tanah tembuni anakcucu dan padatuan bersemayam.

Sei Raden, Maret 2017

Bukan sajak LDR


Sejak kita tak saling sapa, rindu itu tak sampai sejengkal jaraknya.
Tak seperti yang jauh mengukuh waktu melenguh.

Sejak kita saling berdiam, sayang itu tak sampai sejengkal rasanya.
Tak seperti yang keluh meruntuh jarak waktu jauh.

Sei Raden, 2017

Kubur


Betapa batu nisan menjadi lambang status si fulan dibawah sana.
Betapa batu nisan menjadi lambang kepedulian ahli waris si fulan nun dibawah sana.
Betapa batu nisan menjadi penanda siapa sebenarnya si fulan yang khusuk bersemayam dibawah sana.
Betapa batu nisan bisa begitu berkesan menyeramkan atau malah menyenangkan.
Betapa batu nisan begitu khusuk jadi penanda. Siapa sebenarnya kita!

Sungai Raden. 2017.

Malam, bulan dan kuburan.


Ini malam terang bulan.
Saya gak lewat kuburan.
Takut.

Sei Raden, maret 2017