Tuesday, June 05, 2007

berMata seorang wartawan berHati penyair.

Di Dunia sastra maya saat ini siapa yang tidak mengenal Hasan Aspahani (HAH). Seorang sastrawan jagad maya yang mempertanggung jawabkan karya sastra puisinya lewat dunia maya, lewat sejuta-puisi.blogspot.com. blog pribadi yang syarat dengan inspirasi bagi yang mau belajar puisi. Maka melekatlah julukan kepala sekolah, cik gu (pak guru) puisi, bahkan pendekar puisi bayang-bayang (dunia maya). Lahir di keluarga petani ia sebenarnya memang bercita-cita ingin jadi wartawan sejak sekolah di Madrasah Tsanawiyah. Sejak SMA keinginan itu tak terbendung lagi, ia menjadi kartunis dikoran daerah Manuntung ( sekarang KALTIM POS) di Balikpapan KALTIM. Disinilah ia kemudian mengasah kemampuannya sebagai seorang wartawan, kemudian di media kampus (IPB) dan kembali lagi ke KALTIM POS. Dunia wartawan yang digelutinya kemudian berpindah-pindah sampai akhirnya ia terdampar di Batam.

sebagai seorang penyair (maaf, saya duluan menyebut anda penyair) ia telah menuliskan puisi sejak di Madrasah Tsanawiyah (banyak yang telah saya baca). Semenjak menekuni dunia blog ia semakin rajin menuliskan puisinya. Kini, bukan lagi dunia maya yang ia rambah beberapa media nasional telah memuat puisinya. Begitulah Hasan Aspahani ia tak pernah surut untuk menuliskan ide-idenya kedalam bentuk puisi. Jika SGA menuliskan laporannya yang tak termuat dengan cerpen, maka HAH lebih memilih puisi sebagai penyampai ide yang tak termuat dikoran.

Dunia wartawan yang digeluti sangat berpengaruh besar terhadap ketepatan cara pandangnya terhadap suatu masalah, dengan sentuhan hati seorang penyair ia berhasil menuliskan puisinya dengan renyah, untuk dibaca pada waktu kapanpun sebagai teman minum kopi. Dunia wartawan yang terbiasa bekerja secara cepat dibawah tekanan dateline, membuat ia cepat pula menuangkan ide kreatifnya, berbagai model dan bentuk puisi ia tulis, tanpa harus kehilangan ide, isi, pesan dan keindahan. Terkadang ia menulis dengan bahasa mendayu bak penyair melayu tempo dulu, keindahan bahasa romantisme ala Rendra, jenaka seperti Joko Pinurbo, pilsafatis layaknya Sapardi Djiko Damono, kadang nakal juga seperti puisi mbelingnya Jiehan dan Remisylado, serta meledak-ledak bagai Sutarji Calzum Bahri dan hati-hati menyentil sehati-hati Taufik Ismail.Bahkan kadang ia melompat kezaman, yang bukan lagi atau belum menjadi miliknya. Tak hanya itu ia juga mahir menerjemahkan puisi dari luar, walaupun menurut pernyataannya ia belajar bahasa Inggris lewat menerjemahkan puisi.

Sebagai seorang yang bukan berlatar pendidikan sastra ia sangat gila untuk menuliskan ide Rancangan Undang-Undang Perpuisian, ditengah gemparnya RUU APP. Bahkan esai sastra-nya tak kalah renyah dengan puisinya, juga beberapa cerpen yang ia tulis. Nikmatnya membaca HAH selayak membaca koran pada pagi hari atau saat kita butuh informasi. dengan bahasa yang mudah dicerna dan alur yang tak banyak mengagetkan tapi meledak disaat-saat yang tepat. karya-karyanya asyik juga untuk dibacakan diatas panggung atau untuk pengantar tidur. Analisis yang cepat, tepat dan akurat seorang wartawan, dipadukan dengan hati yang lembut dan perasa seorang sastrawan karya Hasan Aspahani melahirkan inspirasi baru didunia puisi. Buat saya ia guru yang baik dan sabar mengajarkan petuah-petuah, berdiskusi dan jendela informasi lewat puisi. Selamat berkarya sajalah dan aku tunggu bukunya. Batam 5 juni 2007.

No comments: