Bulan segitiga.
Malam itu hujuan telah reda, seakan meredakan semuanya. Tak ada angin, tak pula suara binatang. Malam itu juga seperti malam pada umumnya, sepi dan dingin. Maklum rumah ini ditepi hutan jati. Ditepi jalan mengarah ke rumah ini sepanjang jalannya berbaris pohon jati yang umurnya tealah tua, kata orang kampung sudah berumur ratusan tahun. Pohon jati disepanjang jalan ini memang sengaja tak di tebang. Diantaranya ada tiga pohon jati yang paling tua, lingkar batangnya seukuran dengan seratus drum minyak dari pertamina, batangnya berlumut dan letak pohon ini apabila ditarik garis lurus akan membentuk segitiga sama sisi dan mengelilingi rumah ini.
Ditiga pohon jati yang menjulang itu talah pula didiami berjenis hewan. Dua pohon dihalaman depan agaknya persis menjadi gapura atau penjaga rumah ini, menyambut siapa dan apapun yang datang kesini. Pohon yang di kanan telah menjadi kediaman elang bondol selama beberapa keturunan, yang desebelah kiri sering terlihat berbagai jenis ular dan yang dihalaman belakang burung hantu kelelawar dan burung lain berbagi cabang dan lubang untuk berkembang.
Ada yang aneh malam ini, memang mengherankan tak ada suara burung hantu, kepak sayap kelelawar, dan jangkrik ataupun hewan malam lainnya. Senyap…. Senyap sekali. Hujan telah reda, seakan meredakan semuanya. Kemana angin dan hewan-hewan itu. Tapi betapa mengagetkan ketika kesadaran kembali bahwa diluar sangat terang sekali oleh cahaya bulan ya bulan segitiga diatas tiga pohon jati tua.
Solo February ,22, 2006
No comments:
Post a Comment