Wednesday, August 12, 2009

Catatan Kecil Ali Gong Shadlle bersama WS. Rendra

IQRO, 3 hal persiapan aktor ketika hendak bermain.
bag.1


Mei 2002, Universitas Muhammadiyah Surakarta mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pada perhelatan akbar Festipal Puisi International, bersama Makassar dan Bandung. Maka kesempatan yang langka ini digunakan sepenuhnya untuk bertemu para penyair. Diantara yang hadir dan sekaligus sebagai ketua pelaksana adalah WS. Rendra, Penyair dan juga Dramawan.
Kesempatan itu menjadi sangat unik ketika setiap hari saya mendapat tugas mengawal WS. Rendra ( Mas Willi ) dan Sapardi Djoko Damono ( SDD ) didalam areal kampus, maka kesempatan yang langka dan unik ini saya pergunakan sebaik mungkin untuk bertanya apa saja tentang kaitanya dengan dunia sastra dan teater.
Pertemuan pertama saya dengan kedua orang penyair ini pada hari pertama pada saat sarapan pagi. Saya harus memberanikan diri berkenalan dengan kedua penyair, saat mereka sedang menikmati sarapan. terus terang dari ketika menerima tugas tersebut saya sudah nervous minta ampun... sampai pada saat saya akhirnya disuruh Mas Willi dan SDD duduk bersama mereka menikmati kopi dan teh dan beberapa panganan tradisional. maka mengalir beberapa cerita diantara mereka dan kawan-kawan penyair lain, pada saat yang santai itu... ya hanya cerita ringan dan joke. SDD lebih banyak mendengarkan saja... sambil sesekali juga ikut berbicara. Dihari pertama ini lewat dengan biasa saja... saya sukses mengantar Mas Wili dan SDD kemanapun mereka ingin didalam areal kampus ini. ( paling ya ke Auditorium, yang berlokasi di kampus 1, ruang tempat makan digedung H dan yang paling dicari semua orang yaitu... WC.)
Hari kedua. saya harus pagi-pagi sekali nongkrong diparkiran bus kampus, untuk menyambut mereka berdua. eh.. ternyata mereka sudah berada di ruang makan untuk sarapan.... saya segera menyusul dan juga ikut sarapan bersama mereka... saat ini saya coba berakrab dengan kedua penyair.... tapi mas Willi lebih sering minta bantuan saya ketimbang SDD. Sampai-sampai saya harus sering kehilangan SDD. pada saat makan siang saya meminta maaf kepada SDD, karena sering kehilangan dia, tapi SDD bilang ke saya,

" ya sudah gak apa-apa, saya paling ada ditempat pertunjukan (auditorium)... kamu nemani Rendra aja"

setelah istirahat dan makan siang, maka acara dilanjutkan lagi... ditengah acara yang padat itu... disamping panggung saya menemani Mas Willi. Dia sangat menikmati pertunjukan dari para penyair muda baik itu yang dari Indonesia dan Luar negeri.sepanjang pertunjukan ia terus tertawa... saat-saat itu saya coba untuk bertanya....

" Mas Willi, apa persiapan seorang aktor?
ia tak langsung menjawab... ia melihat ke saya tajam.
" kamu orang teater?
" iya mas!
"sudah baca buku saya?
"sudah mas.
"okay...
".....
" IQRO.... tau IQRO?
" tau mas.
" kamu muslimkan?
saya mengangguk.........
"bacalah. Ada tiga hal penting tentang IQRO!

setelah itu..... ia melanjutkan menikmati,.... suguhan para penyair muda dari berbagai negara....

Hari ke 3... seperti hari 1 dan 2, saya masih harus menemenani. Tapi dari tengah hari kemarin saya lebih banyak menemani Mas Willi ketimbang SDD. Dari pagi biasa saja. Rutinitasnya saya harus mengumpulkan majalah Horison edisi khusus untuk ditanda tangani mas Willi... dan baru kali ini saya menemui moment penyair dikejar bak selebriti atau penyanyi... tanda tangan mereka diburu, akhirnya tugas nambah... kawan-kawan yang pengen dapat tanda tangan dari SDD dan mas Willi ya lewat saya. Sampai pada saat makan siang saya dan Mas Willi berjalan dari auditorium... melepaskan dari keroyokan massa satu persoalan, persoalan berikutnya menemani Mas Willi berjalan sambil menyerap tingkah polah mas Willi yang sangat sadar sesadar-sadarnya tentang apa saja yang hendak ia lakukan... sambil bercerita tentang apa saja. Diruang makan kami makan bersama, saya diapit oleh mas Willi disebelah kanan dan SDD disebelah kiri... sampai pada saat selesai makan, kemudian :

Mas Willi berdiri... pelan dan penuh kesadaran kemudian ia merentangkan kedua tangannya... sambil sedikit berteriak "ladies and gentleman....
Pada saat ini ruangan menjadi sangat hening. iapun berputar 90o
" it's our times....
dan iapun tertawa... khas seorang Rendra..... kemudian ia duduk lagi sambil menunjuk-nunjuk kearah saya.... dan berkata
"IQRO.... itu IQRO.....

Sore sudah. Dikepala saya masih tanda tanya besar tentang IQRO... kampus hanya menyisakan kenangan tentang sebuah acara besar yang pernah ada. Selesai sudah semuanya... entah kapan lagi saya bisa berada diacara seperti itu.... acara sastra dunia, sastra yang menjadi barang langka tapi diacara tersebut sastra menjadi sangat akrab. dan yang terpenting bagi saya adalah PR besar tentang IQRO dikepala saya dari WS. Rendra.

No comments: