Angin.
" Jadilah angin yang mengibarkan cita-cita nya" begitu kalimat yang tertulis disebuah Billboard iklan di pertigaan jalan sebuah kampus. Tepat dibawahnya pos polisi lalulintas, dan seorang polisi yang khusuk dengan duduknya memandang kejalan entah apa yang dipikirkannya. Disamping pos polisi itu, duduk dengan asikmasyuk sepasang kekasih, yang lelaki memakai Kruk dan yang perempuan berkursi roda sedang menunggu bus kota. Mereka asyik bercengkrama dengan angin. antara mereka berdua dan polisi itu saling diam dan tak mengetahui. Si perempuan sesekali rambutnya terpental oleh angin kendaraan yang lewat. kedunya sesekali saling melirik dan melempar senyum entah. Dan sesekali menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangan menghindari asap kendaraan yang polutan.
Lampu merah menyala. Dua arah jalur berhenti, satu arah berjalan. 3 menit setiap jeda. putaran itu sempurna, jalur yang menuju ke Stasiun kereta hijau lampunya, disambut kelakson kendaraan dengan riang gembira. sepasang kekasih muda itu memilih satu bus kota, tertatih mereka menaikinya, tak dibantu sesiapa. Kenek sibuk berteriak-teriak mencari penumpang lainya, polisi masih kidmat dengan lamunannya.
Begitulah dinegri ini orang cacat berjuang sendiri, jangankan masyarakat pemerintahpun belum memikirkan fasilitas untuk mereka. Beberapa detik cekatan merka berjuang berdua. Sayang perjuang mereka kalah cepat dengan penumpang lain. Mereka tak kebagian kursi. Semua penumpang tak peduli, ada yang pura-pura tidur dengan mulut menganga, memandang tak peduli keluar jendela. Kekasih cacat itu tak peduli, mereka lebih senang diperlakukan sama, dari pada dikasihani sebagai seorang lemah tak berguna.
sekian menit berlalu, polisi tetap khidmat. Bus kota berlalu, dan anginpun mengantar cita-cita merka berdua kesurga. Solo, 2 januari 2007.
hallo dani sama GMBX, ini disanggar ayat, sama-sama nahan lapar. he..... he.... he....
No comments:
Post a Comment