Friday, June 08, 2007

Pintu jam 00.00.

Ia seorang gadis muda, pintar dan cantik. Semua orang setuju itu, hanya mata yang tolol dan bego yang mengatakan tidak. Sebuah rumah penuh dengan kamar, tak nyaman tapi hanya itu pilihan bagi para bujangan yang menempuh pendidikan jauh dari rumah. Murah dan penuh kebebasan. lima belas kamar atas dan bawah, silakan pilih. Tak ada yang berbeda pintu, jendela, ukurannya dan bahkan warnanya.

Malam yang pasrah setelah habis bercerita. Hujan dijam 00.00, kasur jadi puncak kenikmatan, gadis itu menangis, setelah sebuah puisi selesai dibacakan. Airmata yang dipersembahkan untuk mendiang ayah, lalu ia berdoa dikaki salib kecil yang digantung diantara almari dan dipan. Doanya tertelan isak yang semakin sesak dikamar yang sempit.

Tak nyenyak aku terpejam. Pintu itu mulai terkuak, gadis yang bercerita tentang ayahnya yang mati karena sebutir peluru menembus dada. Ibunya yang harus bekerja sepanjang waktu dan sang kekasih yang meminta kemaluannya. Airmatanya meleleh kepangkuan tuhan, isaknya penuh penyesalan. Aku hanya bisa diam sambil menggerutu dalam hati, melihat seplot adegan monolog dengan sedikit khusuk yang dibuat. sambil mengutuki kekasih gadis itu.sekali lagi ia berdoa, memohon maaf pada tuhan. Kemudian ia rebah diantara dingin dan rintik hujan.

Ia, gadis kristiani yang taat. terbaring diatas dipan kamarku. tidurnya yang lelap, tak tampak dosa disana, wajahnya yang memancar aura tak tampak beban hidupnya. Sebelum Subuh datang, aku lelap. sebelum subuh mengetuk pintu ia lumat kemaluanku. Ia gadis kristiani yang taat sesaat menjadi nikmat. Solo, 29 des 2006.

No comments: