Penjara II
Kini aku mejalani hukuman itu, santai saja, malah cendrung aku adalah bosnya. Apapun yang aku kehendaki. Tapi yang jelas segalanya berbagi. Dalam penjara ini, kini telah hadir hukuman baru, yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabku. Aku menghadapi segala konsekwensinya. Palu hakim telah jatuh. Mau apa lagi. Ada saran? Tak ada kan! Hukuman baru itu memang dikehendaki olehku sebagai kewajiban sebagai terpidana kehidupan.
Aku kini jadi menyelami dunia perempuan itu sedalamnya, mencari-cari persamaan dan ketak persisan dan coba untuk memahami sepenuhnya perempuan memang unik. Dia mencinta. Dan dia akan selamanya terpenjara. Dia berontak. Dan selamanya dia akan berontak. Tentu saja aku dan perempuanku memahami itu, hukuman yang aku terima ia juga akan meringnkannya.
Dalam hal tertentu penjara ini memang membuat batas yang wajar tanpa sekat, tapi sebagai sebagai keliaran sifatku, sesekali aku melanggar peraturannya, jika ketahuan aku berkompromi saja. Toh tak ada yang peduli tentang siapa aku sebenarnya.
Solo, 19 jan 2006.
No comments:
Post a Comment