Saturday, July 28, 2007

RESAH

Hari mulai senja, burung-burung berterbangan melintas kota tanpa nama. Diatas kabel listrik, bangkai layang-layang gantung diri entah sudah berapa lama. Ada kenangan yang bermain disitu. Di jilatan petir senja hari nan jauh di ufuk barat yang menelan matahari. Warnanya jingga. Selebihnya suara ajan terdengar dari beberapa mesjid disetiap pojok kota.

Hanya langkah kaki yang semakin gontai menyeret resah dalam angan kemasa lalu yang kusam oleh waktu. Tak jua menemui dinding kosong untuk hanya sekedar mencoretkan galau dihati. Mata semakin sumpek oleh graffiti yang tak berseni dengan penerangan merkuri. Sayang kenangan tak tercatat semuanya. Kereta yang lintas membuyarkan seglanya, tentang kenangan, tentang masa yang penuh dengan tawa.

Tubuh itu terpotong. Orang berkerumun sedang polisi telat lagi. Tak lama, dari kejauhan yang semakin mendekat. Kerlap-kerlip lampu merah dan sirine yang lelah, sopir ngebut tanpa rem. Ambulance. Mengabarkan kematian. Siapa sebenarnya tubuh yang mati direl kereta senja. Diruang otopsi, dokter dan polisi tak menemukan identitas diri. Hanya secarik kertas yang berisi begini:
“maaf merepotkan, saya hanya mau mengakhiri realita”

solo, 18 jan 2006

No comments: