Hitam Benua Etam
Mengalirlah darah kedalam kupasan tanah.
Sungai-sungai meregang dimuara maut.
Laut semerah sewarna darah, ia menggarami tubuhku.
Mengekalkan bangkai pohonan didasar endapan lumpur
diantara pipa pengeboran duka abadi.
Hari-hari hempas diatas nama rupiah.
yang mana sebenarnya kesenangan-kesengsaraan.
Diatas bumi yang terbentuk dari rupiah ini,
anak-anak bersekolah dalam gubuk-gubuk lapuk.
Dulu kabut embun membungkus kampung-kampung,
kini kabut debu dan asap bakaran hutan hinggap ditenggorokan.
Tak cukup darah menyiram hutan rimba belantara,
ia tak lagi resap. Bila hujan, ia mengalir menyeret daging-daging bumi.
Bumiku berdarah luka dari kupasan tanah.
Punai resah, warik gundah. Biawak resah ular gundah.
Orang-orang mengapung diatas percikan api.
Di sungai-sungai nurani larut serupa bangkai.
Air menapak hitam darah berbuah nanah, kemudian
barah daging-daging bumi merajah.
Ia tinggalkan pertanda kematian yang lamban, hingga
otak rusak, jantung tak gantung dan paru biru.
Hitam bumi menghitam legam darah lebam menanah barah,
hitam bumi menghitam kelam. Kita tunggu waktu mencekam.
31 juli 2007.
No comments:
Post a Comment