ada sebuah kegembiraan ketika secara tak sengaja saya menemukan sebuah buku agenda saya, yang sayabeli pertama kali saat duduk di kelas dua MTs dikampung.yang tentu saja isi dari agenda itu adalah beberapa buah puisi yang saya tulis pada saat itu.
kegembiraan itu belum habis, ternyata puisi yang saya tulis pertama kali setelah seingat saya, berusaha dengankeras menulis jadi dengan tanpa ada coretan. waktu itu,saya duduk dikelas III.
tentu saja kemudian saya ter senyum-senyum membacanya sambil malu sama diri sendiri. dan kemudian tertawatak menyangka, bisa menuliskan semacam itu.
lamunan sebelum tidur.
sebelum tidurku lelap,
kutelentang diranjang.
sambil memandang langit-langit kamar,
sedikit terpejam mataku
kulihat wajahmu dilangit-langit kamarku.
lamunan sebelum tidur,telah mengganggu tidurku.
andai kau ada disisiku saat ini
kau akan ku peluk,kucium
biar sempurna rinduku
biar lamunan itu hilang
biar tidurku tak terganggu.
sei raden,1994
sunyi kata bunyi.
berkataku kau langkahkan jua.
seribu makna meramu kata menjadi sebungkus bunyi
yang semakin sepi.
kaki berderap berkata
angin berbisik isyarat kata
semakin jauh
semakin berteriak
semakin tak terdengar
hanya sunyi
sunyi kata bunyi.
handil, 1995
sepi diantara dingin.
dingin malam itu menyimpan sepi dengan rapi.
diantara kita beradalah dingin itu.
hanya angin berbisik
pada daun pohon
membuat berisik
malam yang semakin dingin.
kucoba menghirup angin yang berisik
agar dapat ku ucapkan
sebuah kata.
yang dapat menghilangkan dingin
yang menyimpan rapi sepi
diantara dingin kita.
sei raden 1997
kukirim rinduku lewat mimpi
kau nanti tiap kali
sebuah paket yang tak kuwujudkan
dalam sebuah angan.
kau nanti tiap kali
ebuah paket yang tak kuwujudkan
dalam sebuah kenyataan
nanti, nantikanlah!
kan kukirim rinduku lewat mimpi.
dimalam dengan sembilan-sembilan rembulan
menaungi malam sunyi.
nanti, nantikanlah
kan kukirim rinduku lewat mimpi.
balikpapan, 1997.
jalan.
dibelokan itu,
pernah doa berserakan.
darah memberi kengerian.
hitam itu terkekeh
hingga bunyi berdecit meronta
tanpa kompromi.
jalan itu meringis
hingga air mata berserak
maut pun memperkenalkan diri.
handil 1997.
goyang.
air danau itu,
memberikan ketenangn
ketika kulempar kerikil
airnya gelombang,
membuat bayanganku goyang.
ketika kulempar lagi sebuah
yang lebih besar, cipratnya menyadarkanku
bahwa jiwaku pun goyang
balikpapan 1997.
balikpapan cintaku.
seperti oase kauberikan kesejukan
dalam manis senyum.
"ah"
sadarkah kau
kian besarkangen untuk mu?
" mungkin tidak"
tapi harum senyum mu
menebar menjalar dalam hati
setelah kita saling bercerita
apakah kita sama-sama suka?
balikpapan 1997.
.....
ku wujudkan sebuah pelukan
disetiap malam pada
sepi mendinding tebal.
hanya gambar,
gambar berdialog
tentang
.........................................
HENING
1998.
No comments:
Post a Comment